Sabtu, 29 Mei 2010

Kuikhlaskan Dirimu untuk-Nya Bagikan

Cinta adalah sebuah fitrah yang tiada terkira gejolaknya. Karena cinta kita bisa melakukan segalanya. Untuk cinta kita rela berkorban bahkan mengorbankan cinta itu sendiri demi tujuan yang lebih mulia. Artikel ini mengisahkan sepasang aktivis dakwah kampus yang saling mencinta namun mengikhlaskan cintanya pada orang yang dicintainya untuk Allah.

Seorang akhwat berproses dalam kemajuan dakwah yang pesat. Perlahan-lahan dirinya yang sederhana menjadi bunga yang merekah di ladang dakwah. Dia mengerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk berjuang di jalan-Nya. Seakan-akan dia selalu melihat surga di ujung sana, menantinya dengan sepenuh senyuman cinta. Ia bergerak dengan suka cita sambil terus belajar mengeja ayat-ayat-Nya.

Perlahan-lahan dia mulai memasuki arena dakwah kampus yang sarat dengan ta'awun antara ikhwan-akhwat. Dia harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang dramatis ini. Yang awalnya ia hanya bekerja sendirian kini ada partner dakwah ikhwan yang menemani. Bersama dengan aktivis yang lain mereka bergerak melakukan perubahan-perubahan kecil demi terciptanya kampus yang rindu Ilahi. Pepatah petitih jawa mengatakn, "Trisno jalaran seko kulino." Maka singkatnya dalam hati kedua aktivis ini timbullah cinta, cinta kepada selain jenis yang merupakan fitrah tak terhingga.

Mereka saling mengetahui satu sama lain karena lingkungan tanpa sengaja menceritakan. Mereka mengenal satu sama lain karena Allah tanpa sadar menyatukan. Keduanya berada dalam lingkaran virus yang menelan banyak korban dari kalangan aktivis dakwah. That's VMJ or Virus merah Jambu.

Ikhwan juga telah berubah dari yang dulunya bisa menjaga pandangan kini mulai menatap penuh perhatian dari kejauhan. Yang awalnya tegas kini jadi lebih lembut dan penuh canda. Beruntung Allah masih menjaga separuh hati mereka sehingga mereka masih menjaga jarak satu dengan yang lainnya walau ekspresi dan segala isyarat menandakan pertautan tak tampak diantara keduanya. Ya... keduanya telah menaruh harap pada yang lainnya...

Akhwat bagaikan tersadar dari mimpi panjang... Ia sadar cinta ini terlarang. Cinta ini menimbulkan bersitan-bersitan aneh kala melakukan kerja-kerja dakwah hingga akhirnya merobohkan pondasi dakwah itu sendiri. Ia sadar kini harapannya telah tertumpu pada satu dosa yang terselubung, dosa niat berbuat bukan lagi karena ridunya pada surga. Kini ia melakukannya demi cinta pada selain-Nya. Ia ingin melepaskan, tapi entah kenapa sulit sekali melakukan... Selalu ada celah kecil yang membuat mereka tanpa sengaja bertemu dan bekerjasama lagi. Walau pintu-pintu hati telah dikunci rapat untuknya, tetapi selalu ada kunci lainnya yang membuka gerbang cinta itu lagi. Kunci itu adalah harapannya pada sang ikhwan untuk menjadi pendamping hidupnya kelak. Entah kenapa muncul harapan itu. Padahal selama ini mereka tiada pernah berkomunikasi melainkan ketika ada agenda dakwah. Padahal mereka menjaga jarak dalam keseharian, tiada pernah melakukan tindakan maksiat fisik. Tapi akhirnya akhwat tersadar... mereka telah melakukan maksiat hati yang lebih parah akibatnya daripada maksiat fisik. Dan maksiat hati yang ia lakukan adalah menaruh harapan pada ikhwan itu sehingga seluruh pondasi amal bukan lagi karena Allah. Ya Ilahi rabbi... ampunilah hamba... rintihnya dalam keremangan malam...

Setiap malam akhwat berdoa agar dirinya terjauh dari itu semua. Isak tangis menemani malam-malamnya kala meminta. Ia merintih dalam bisu... Ia mengakui pada Yang Maha Mengetahui segala isi hati, bahwa ia memang sulit melepaskan ikhwan yang telah bersemayam di hatinya, tapi ia juga ingin membuangnya jauh-jauh dari segala harapnya. Ia menangis karena ia terlalu lemah untuk meminta sesuatu yang bertentangan dengan hatinya. Ia meminta dijauhkan dari ikhwan itu padahal ia tahu persis ia telah terlajur mencintai ikhwan itu dari relung hatinya. Ikhwan yang bertalenta itu telah menjadi bagian hatinya... Tapi ia tidak bisa meninggalkan ikhwan itu menetap di hatinya... Ia harus melepaskan ikhwan itu dari hatinya, demi cintanya pada Sang Khalik. Ia akan mengikhlaskan ikhwan itu kepada Allah... Jika mereka harus berpisah maka ia rela berpisah demi Allah, walau hati perih terasa meniggalkan jejak-jejak yang telah ternoda.

Tetapi ternyata sangatlah sulit melepaskan harapan yang telah ada, walau bukan karena-Nya. Berulangkali akhwat terjatuh dan tertatih dalam isak dan tangis. Meminta agar dijauhkan dari sesuatu yang ingin dimilikinya. Tapi karena ia takut pada Allah dan terlalu cinta pada-Nya, maka ia tak pernah berhenti meminta. Bahkan ia meminta... gantikan saja hatinya yang telah ternoda dengan hati yang lain, hati yang suci seputih kabut, hati milik para bidadari surga. Tapi apakah mungkin hadiah itu diberikan Allah pada-Nya? Sedang ia hanyalah seorang manusia yang bergelimang dosa tak tampak. Bersitan itu telah menimbulkan hatinya hitam sepekat arang. Masihkah ada pintu surga yang bisa kulalui, wahai Rabb??? Batin sang akhwat dalam hatinya...

Perlahan malam menggantikan siang dan mentari berganti rembulan. Telah berjuta kali hatinya meminta, lalu ia terjatuh dan merangkak dalam kegelapan. Harapannya timbul tenggelam karena sang ikhwan terus menatapnya dari balik hijab dan menunggunya mengucapkan kata yang sama. Tapi sang akhwat tiada merasa perlu mengatakannya karena cinta yang dia berikan kepada ikhwan itu telah ternoda oleh nafsu. Akhwat hanya berharap ada secercah cahaya yang memberinya kekuatan untuk bangkit. Bangkit dari harapan tak bertepi yang melahirkan fenomena kehidupan. Akhirnya Allah mengabulkan pintanya dalam cahaya remang misyqat bening di tembok surga...

Kini akhwat tahu bahwa dirinya tak lagi menjadi harapan bagi sang ikhwan... Alam menceritakan bahwa sang ikhwan telah ghadul bashar bahkan dari jarak ribuan kilometer. Bahwa sang ikhwan telah tegas seperti sedia kala ketika harus berhadapan dalam agenda dakwah. Bahwa sang ikhwan semakin khusyuk dalam munajat dan ikhtiyarnya mendekati Allah. Bahwa sang ikhwan telah menjadikan Allah sebagai tumpuannya dalam setiap sujud dan takbir. Bahwa sang ikhwan semakin karib dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan tadabburnya. Subhanallah...

Perlahan airmata akhwat menitik mendengar alam mengisahkan. Akhwat tahu ia sedih sekali mengetahui kini dirinya tiada lagi yang mencinta, tapi ia juga bahagia dirinya yang dhoif dan fana ini tak mengotori hati ikhwan yang khusyuk bermunajat pada Sang Ilahi Rabbi. Kini ia tahu bahwa mereka saling mengikhlaskan satu sama lainnya karena cinta mereka pada Allah. Mereka ada untuk Allah dan akan selamanya seperti itu. Kini hijab hijau yang terhampar diantara keduanya panjang terbentang dan tidak akan terbuka selama-lamanya kecuali takdir Allah mengatakan berbeda.

Akhwat itu tersenyum pada Allah dalam tangis malamnya. Akhwat itu menangis haru pada Allah dalam relung hatinya. Andai mereka tahu rasanya mengikhlaskan kekasih yang dicinta demi Allah, maka tiada lagi Virus Merah Jambu mengantarkan para aktivis dakwah lain ke panasnya bara neraka. Thanks a lot Allah... Engkau selamatkan hamba dari panasnya bara neraka. Semoga hamba layak menjadi bidadari surga-Mu... kata akhwat itu dalam hati. Akhwat itu lalu memberikan senyuman manis pada dunia dan ia terlelap di sajadah tuanya untuk selama-lamanya...

Untuk setiap aktivis dakwah...
Jagalah Allah di hatimu, maka Allah akan menjagamu selalu. Selamanya...
Alifa El-Khansa

EMPAT WANITA DALAM SURGA DAN EMPAT WANITA DALAM NERAKA

A. 4 Wanita Dalam Surga :
1. Wanita yang menjaga diri dari berbuat haram, berbakti pada Allah swt, Rasul dan suaminya.
2. Wanita yang menerima dengan senang hati keadaan serba kekurangan dengan suaminya dan banyak keturunannya serta penyabar.
3. Wanita yang bersifat pemalu dan bila suaminya pergi ia menjaga diri dan harta suaminya dan jika suaminya datang ia mengekang mulutnya dari perbuatan yang tidak layak.
4. Wanita yang ditinggal mati suaminya dan mempunyai anak masih kecil lalu menahan dirinya untuk kawin lagi karena ingin mengurus anak-anak dan mendidik serta memperlakukannya dengan baik, dan bersedia kawin lagi karena khawatir anaknya akan sia-sia / terlantar.

B. Wanita Dalam Neraka ( kecuali telah bertobat) :
1. Wanita yang mulutnya jelek pada suaminya dan jika suaminya pergi ia tidak menjaga dirinya dan jika suaminya datang ia memaki / memarahinya.
2. Wanita yang memaksa suaminya membeli apa yang suaminya tidak mampu.
3. Wanita yang tidak menutupi dirinya dari laki-laki lain dan keluar rumah dengan menampakkan perhiasan dan kecantikannya untuk menarik perhatian laki-laki lain.
4. Wanita yang tidak mempunyai tujuan hidup kecuali makan, minum dan tidur serta tidak berbakti pada Allah swt dan suaminya.

C. 10 MACAM SIKSAAN WANITA DI NERAKA
1. Wanita yang digantung rambutnya dan otaknya mendidih karena tidak menutup rambutnya.
2. Wanita yang digantung lidahnya, dan tangannya dikeluarkan dari punggungnya sedang cairan aspal panas dituangkan pada tenggorokannya, karena menyakiti hati suaminya dengan lidahnya / kata-katanya.
3. Wanita yang digantung dengan buah dadanya karena menyusui anak orang lain tanpa izin suaminya.
4. Wanita yang diikat dengan tangannya karena keluar rumah tanpa izin suami dan tidak mandi wajib dari haid dan nifas.
5. Wanita yang diikat dengan kaki dan tangannya sampai ke ubun-ubun, dibelit dan disengati ular dan kalajengking karena dia mampu untuk mengerjakan shalat dan puasa tapi tidak mengerjakannya dan tidak mau wudhu dan mandi wajib.
6. Wanita yang memakan badannya sendiri karena bersolek untuk dilihat laki-laki lain dan suka membicarakan aib orang lain.
7. Wanita yang menggunting-gunting badannya karena suka memanjakan diri ( ingin terkenal ) dan mempertontonkan perhiasannya di depan orang banyak sehingga tertarik padanya.
8. Wanita berkepala babi dan badannya seperti keledai karena dia suka berdusta dan mengadu domba.
9. Wanita berbentuk seperti anjing dan api dimasukkan dari mulut hingga keluar dari duburnya dan malaikat memukul-mukul kepalanya karena dia ahli fitnah dan suka marah-marah pada suaminya.
10. Wanita diikat kedua kakinya sampai ke payudara dan kedua tangannya sampai ke ubun-ubun dan disengati ular dan kalajengking karena ia telah mempersilahkan laki-laki lain untuk berzina dengannya.

D. Perhiasan :
“ Wanita mana saja yang memakai kalung untuk dipamerkan kepada orang lain, maka di hari kiamat ia akan dikalungi api neraka sebesar kalung itu dan bila memakai anting-anting untuk dipamerkan maka telinganya akan digantungi api neraka sebesar anting-anting itu “. ( Nasai )

E. Parfum :
• “ Jika seorang wanita memakai minyak wangi selain untuk suaminya, maka sesungguhnya itu adalah api neraka dan suatu aib yang buruk.” (Thabrani ).
• “ Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian dan melewati kumpulan orang-orang sehingga mereka mencium bau harumnya, maka ia adalah pezina “.( Nasa`I , Ahmad, Hakim )
• Ibnu Abbas ra. Berkata, Nabi saw bersabda :
“ Seorang perempuan, apabila keluar dari pintu rumahnya dengan berhias dan memakai wangi-wangian, sedang suaminya ridha padanya (dengan hal itu), maka dibangunkan untuk suaminya itu sebuah rumah di neraka sebanyak langkah yang dilangkahkannya ( istrinya ).

JA’FAR BIN ABI THALIB

.

Dia adalah saudara sepupu Rasulullah, saudara kandung Amirul Mukminin Ali Bin Abi Thalib ra. Usia Ja’fa lebih tua 10 tahun dibandingkan Ali bin Abi Thalib. Dia adalah sahabat yang paling mirip dengan Rasulullah dalam hal akhlak dan postur tubuh.

Dulu Ja’far masuk Islam di awal Rasulullah berdakwah dan dia ikut berhijrah ke Habsyi. Saat itu, Rasulullah sangat mencintai dan merindukanya. Suatu riwayat mengatakan bahwa pada tahun ketujuh setelah hijrah tersebut, Ja’far kembali dari Habsyi dan menemui Rasulullah dengan kemenangan pada perang khaibar. Dengan cepat, Rasulullah menyambut dan memeluk Ja’far serta mengatakan,
“aku tidak tahu, mana yang membuat diriku sangat bahagia apakah kedatangan Ja’far atau kemenangan perang Khaibar?”

Selanjutnya, Ja’far kembali dari Habsyi ke kota Madinah. Sejak kembali, Ja’far terus bergabung dengan barisan-barisan kaum muslimin untuk menemani Rasulullah dan mendampinginya, berjihad di jalan Allah.

Ja’far telah mewariskan teladan dalam hal berjuang dan berkorban di jalan Allah yakni dengan tekad yang bulat dan kekuatan iman, kesabaran, keyakinan dan berpacu untuk mendapatkan salah satu keberuntungan, yitu kemenangan atau mati syahid. Sebuah riwayat datang dari Abdullah bin Ja’far,Rasulullah pernah mengirim sebuah pasukan yang dipimpin oleh Zaid bin Haritsah dan mengatakan,
‘Jika Zaid terbunuh atau mati syahid, maka pemimpin kalian adalah Ja’far. Dan jika Ja,far terbunuh atau mati syahid, maka pemimpin kalian adalah Abdullah bin Rawahah.”

Pasukan muslimin tersebut bertempur dengan musuh. Zaid membawa panji Islam maju ke medan laga hingga terbunuh, lalu Ja’far menggantikan dan terbunuh juga. Abdullah bin Rawahah menggantikan dan terbunuh juga. Selanjutnya, panji Islam dibawa Khalid bin Walid sampai Allah memberikan kemenangan kepada umat Islam. Kabar kemenangan kaum muslimin ini terdengar oleh Rasulullah. Seketika itu juga, Rasulullah keluar menemui kaum muslimin, mengucapkan tahmid dan bersyukur kepada Allah serta mengatakan,
‘Saudara-saudara kalian telah berperang menghadapi musuh. Sungguh Zaid telah membawa panji Islam, berjuang lalu terbunuh atau mati syahid. Kemudian panji tersebut dibawa Ja’far bin Abi Thalib, berjuang hingga terbunuh atau mati syahid. Lalu Badullah bin Rawahah membawa panji Islam, berjuang hingga terbunuh atau mati syahid.selanjutnya salah satu pedang Allah, yaitu Khalid bin Walid membawa panji tersebut hingga Allah memberikan kemenangan.’

Di hadapan umat Islam lainnya, Rasulullah melihat dengan mata kepalanya sendiri peristiwa perang Mu’tah, meski dirinya berada di kota Madinah dan Mu’tah di perbatasan negeri syam. Rasulullah memberitahukan umat Islam yang berada dihadapannya bahwa Ja’far telah mengambil panji Islam setelah terbunuhnya Zaid. Lalu, Ja’far melaju kedepan dan terbunuh juga.

Ketiga kalinya, Abdullah bin Rawahah mengangkat panji tersebut,lalu terbunuh juga. Sekarang, Rasulullah melihat pasukan Islam sedang berada di atas angina. Allah memberi ganti dua buah sayap kepada Ja’far bin Abi Thalib untuk dipakai terbang sekehendaknya. Hal itu karena lengan kanannya telah tertebas pedang kaum musyrikin saat membawa panji Islam,lalu tangan kirinya kembali mengangkat panji tersebut dan tertebas juga.

Ja’far lalu mendekap panji Islam dengan dadanya, namun beberapa tombak menembus daadanya. Semoga Allah mengangkat derajat Ja’far sebagai seorang pahlawan dan Mujahid.
Rasulullah pernah bersabda,
“Allah telah memberikan Ja’far dua buah sayap agar bisa terbang di syurga.”

Begitulah Ja’far bin Abi Thalib, seorang sahabat yang menyerupai Rasulullah dalam hal akhlak dan tubuhnya, ialah Dzu Al-Janâhain atau yang memiliki dua sayap karena kedua lengannya telah tertebas pedang kaum musyrikin saat mempertahankan panji Islam